بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Jabatan dan gelar yang dimiliki bukanlah jaminan
bahwa anak keturunannya akan memiliki kedudukan yang sama . Gelar kyai , ulama
, mufti bahkan ustad maka semua itu tidak menjamin bahwa istri dan anak cucunya
akan menjadi pemuka agama dan juga tidak menjamin bahwa mereka akan selamat di
dunia dan akhirat . Janganlah menyangka bahwa pemuka agama dan anak cucunya
adalah orang – orang yang bersih dari dosa , dapat mengendalikan hawa nafsunya
dan terjamin keselamatan dan kebahagiaannya bahkan para pemuka agama adalah
musuh utama syaitan . Cobalah anda perhatikan kisah seorang ulama bani israil
yang bernama “ Barshisha ” . Dia seorang yang terkenal ahli ibadah bahkan semua
muridnya dapat terbang di udara namun di akhir hidupnya , dia menjadi penyembah
syaitan dan mati dalam keadaan kafir . Para pemuka agama kedudukannya di sisi
Allah tidak lebih mulia dari 2 orang Nabi sekaligus Rasul yaitu Nabi Nuh as.
dan Nabi Luth as. . Nabi Nuh as. mempunyai anak yang bernama “ Kan’an ” namun
kafir dan tidak mau mengikuti ajakan Nabi Nuh as. untuk beriman kepada Allah sebagaimana
firman Allah dalam surah Huud : 42 – 43
وَهِىَ تَجْرِى بِهِمْ فِى مَوْجٍۢ كَٱلْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ٱبْنَهُۥ وَكَانَ فِى مَعْزِلٍۢ يَـٰبُنَىَّ ٱرْكَب
مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ ٱلْكَـٰفِرِينَ . قَالَ سَـَٔاوِىٓ إِلَىٰ جَبَلٍۢ يَعْصِمُنِى مِنَ ٱلْمَآءِ ۚ قَالَ
لَا عَاصِمَ ٱلْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ إِلَّا مَن رَّحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا ٱلْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ
ٱلْمُغْرَقِينَ
Artinya :
“ Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam
gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di
tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami
dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir". Anaknya
menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku
dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari
azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi
penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang
ditenggelamkan ” .
Nabi Luth as. mempunyai istri yang lebih memilih
kafir dan memuaskan nafsunya dengan berhubungan sesama jenis ( Homo seksual /
liwath ) daripada mengikuti ajakan Nabi Luth as. untuk beriman kepada Allah sebagaimana
firman Allah dalam surah Al A’raf : 83
فَأَنجَيْنَـٰهُ وَأَهْلَهُۥٓ إِلَّا ٱمْرَأَتَهُۥ كَانَتْ مِنَ ٱلْغَـٰبِرِينَ
Artinya
:
“ Kemudian Kami selamatkan dia dan
pengikut-pengikutnya kecuali isterinya; dia termasuk orang-orang yang
tertinggal (dibinasakan) ” .
Berdasarkan firman Allah di atas maka gelar
bukanlah jaminan bahwa istri dan anak cucunya akan mulia , bahagia , selamat di
dunia dan akhirat . Dalam pandangan manusia , orang – orang yang menjadi pemuka
agama adalah orang – orang yang di anggap mulia namun belum tentu dalam
pandangan Allah karena Allah tidak melihat pada gelar yang dimiliki seseorang
namun Allah melihat ketakwaannya . Orang yang tidak
memiliki gelar apapun dalam pandangan manusia namun takwa kepada Allah maka
orang tersebut lebih mulia daripada orang yang memiliki gelar namun tidak takwa
kepada Allah . Takwa , satu kata yang mudah diucapkan namun tidak
mudah mengamalkannya .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar