Kisah Dakwah Nabi Ibrahim
Kisah Nabi Ibrahim berdakwah kepada kaumnya yang
menyembah berhala , diabadikan oleh Allah dalam surat Al Anbiya : 52 – 70 ( https://quran.com/id/para-nabi/52-70
)
Suatu hari Raja Namrud dan pengikutnya pergi
keluar dari kampung halaman .
Mereka hendak melakukan upacara keagamaan,
sehingga suasana gedung tempat berhala menjadi sepi. Kesempatan itu lantas
digunakan oleh Ibrahim untuk menghancurkan berhala-berhala yang ada di dalamnya.
Sebelumnya, Ibrahim AS memang sudah berencana
untuk menghancurkan para berhala. Hal ini dimaksudkan agar mereka berhenti
menyembah berhala dan beriman kepada Allah SWT.
Akhirnya, Nabi Ibrahim AS memasuki gedung tempat
berhala-berhala itu bersemayam. Dengan penuh semangat, Ibrahim AS menghancurkan
satu persatu hingga menyisakan satu berhala yang paling besar.
Setelahnya, Nabi Ibrahim AS meletakkan kapaknya di
leher berhala besar itu dalam keadaan menggantung. Ia lalu pulang kembali
pulang ke rumahnya.
Ketika Raja Namrud dan para pengikutnya kembali,
mereka sangat terkejut melihat berhala-berhala yang mereka sembah justru
hancur. Mengetahui Ibrahim yang menghancurkan berhala tersebut, Raja Namrud
kemudian memerintahkan para prajurit untuk menangkapnya.
Setelah berhasil ditangkap, Nabi Ibrahim dibawa ke
pengadilan raja yang disaksikan oleh masyarakat umum. Sidang itu terbuka dengan
tujuan rakyat mengetahui jalannya persidangan pelaku penghancuran
berhala-berhala yang mereka sembah.
Raja Namrud bertanya, "Hai Ibrahim! Apakah
kamu yang menghancurkan berhala-berhala itu?"
"Bukan," jawab Nabi Ibrahim cepat.
Raja Namrud yang geram lantas mendesak Ibrahim,
"Jangan mungkir, hai Ibrahim! Akui saja perbuatanmu itu,"
"Tidak!" ujar Nabi Ibrahim sambil
bersikukuh.
Jawaban itu justru memancing kemarahan sang raja.
Akhirnya, Ibrahim AS melanjutkan ucapannya, "Baiklah, kita sama-sama
berakal. Persoalan saat ini adalah mencari pelaku penghancuran berhala itu.
Siapa yang telah memperlakukan berhala-berhala seperti itu. Sebetulnya,
buktinya sudah ada. Sekarang di hadapan kita ada satu patung besar dan di
lehernya tergantung kapak besar. Mungkin dialah pelakunya!"
Ucapan Nabi Ibrahim AS semakin membuat Raja Namrud
marah. Ia berkata, "Hai Ibrahim! Kau banyak akal. Kau pikir aku dan
rakyatku sebodoh itu? Mana mungkin patung bisa aku ajak bicara dan aku tanyakan
siapa pelakunya. Kau terlalu bodoh, hai Ibrahim!"
"Hai Raja Namrud! Rupanya yang bodoh bukan
aku, tapi engkau dan seluruh rakyatmu. Buktinya, patung yang tidak berdaya
apa--apa, tidak bisa bicara, tidak bisa dimintai pertolongan, dan tidak bisa
mendatangkan kebaikan dan kejelekan itu, engkau sembah dan engkau puja,"
kata Ibrahim AS menanggapi Raja Namrud.
Ia lalu melanjutkan, "Kalau engkau dan
rakyatmu sudah tahu bahwa patung dan berhala yang kalian sembah itu tidak bisa
mendengar, tidak bisa melihat, dan tidak bisa dimintai pertolongan, mengapa
kalian sembah dan kalian puja? Di hadapannya, kalian berdoa. Kalian meminta
kebaikan dan keselamatan. Sudah jelas, patung-patung yang kalian sembah itu
tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri dari bahaya kehancuran,"
Mendengar jawaban Nabi Ibrahim AS, Raja Namrud dan
para pengikutnya merasa terpojok. Ucapan beliau memang masuk akal, sehingga
mereka tidak bisa berkata-bata.
Namun, akhirnya secara serentak mereka menangkap
Nabi Ibrahim AS dan hendak membakarnya. Seketika itu juga, Raja Namrud menyuruh
rakyatnya mencari kayu bakar.
Atas izin Allah, ketika api dinyalakan justru Nabi
Ibrahim AS tidak merasa panas. Sebaliknya, api tersebut malah menyejukkan
Ibrahim. Hal ini termasuk ke dalam salah satu mukjizat yang Allah SWT berikan
kepada beliau.